Pernahkah kamu atau rekan kerjamu tiba-tiba resign, meski terlihat bahagia dengan pekerjaan yang dijalani? Banyak perusahaan seringkali mengira bahwa beban kerja yang berlebihan atau tugas yang monoton adalah alasan utama karyawan resign. Namun, faktanya tidak sesederhana itu. Banyak karyawan yang memilih keluar bukan karena pekerjaannya, tapi karena berbagai faktor lain yang membuat mereka tidak lagi merasa nyaman atau berkembang di tempat tersebut.
Bayangkan, kamu sudah bekerja selama bertahun-tahun, selalu datang tepat waktu, bekerja dengan keras, bahkan terkadang melebihi tanggung jawab yang diemban. Kamu loyal, memberikan yang terbaik untuk perusahaan, namun tetap merasa tidak dihargai atau dihargai seadanya. Kamu merasa gajimu tidak sepadan dengan usahamu, tidak ada apresiasi, dan karirmu mentok di posisi itu-itu saja. Hal-hal seperti ini, dalam jangka panjang, membuat karyawan merasa lelah secara mental dan merasa tidak ada alasan kuat untuk tetap bertahan.
Di sini, kita akan bahas alasan-alasan umum mengapa karyawan resign bukan karena pekerjaannya, tetapi karena hal-hal lain di lingkungan kerja yang berdampak besar pada kenyamanan dan motivasi mereka.
1. Gaji yang Tidak Memadai
Karyawan pada dasarnya bekerja untuk mendapatkan imbalan finansial yang sesuai dengan upaya dan waktu yang mereka investasikan. Ketika gaji yang diterima jauh dari ekspektasi, apalagi jika merasa sudah bekerja keras namun gaji tetap tidak naik, karyawan bisa merasa kecewa. Gaji yang kecil dan tidak setara dengan beban kerja membuat karyawan merasa seperti “dibayar seadanya,” dan ini bisa berimbas langsung pada motivasi kerja. Bayangkan jika seseorang mengerjakan pekerjaan dengan loyalitas dan dedikasi penuh, tetapi setiap bulan hanya mendapat gaji yang tidak mencukupi kebutuhan dasar.
Ketika kebutuhan dasar karyawan tidak terpenuhi dengan baik, mereka merasa harus mencari peluang di tempat lain yang mampu memberikan gaji lebih besar. Banyak perusahaan lupa bahwa kenaikan gaji secara berkala juga bentuk penghargaan terhadap loyalitas dan kerja keras. Tanpa itu, karyawan akhirnya memilih untuk mencari peluang baru di luar.
2. Kurangnya Penghargaan
Penghargaan atau apresiasi tidak selalu berarti kenaikan gaji atau bonus besar; sekadar ucapan terima kasih atau pengakuan dari atasan atas usaha dan kerja keras mereka bisa berdampak besar pada semangat kerja karyawan. Ketika seorang karyawan bekerja keras dan memberikan yang terbaik, mereka pasti berharap ada penghargaan, sekecil apapun itu. Namun, jika hasil kerja mereka tidak “dilirik” atau bahkan dianggap sebagai hal yang biasa saja, lama-kelamaan karyawan akan merasa kehadiran mereka tidak penting.
Baca Juga : Mengungkap Trik Penipuan Iklan Lowongan Kerja, Lengkap Beserta Ciri dan Cara Mengatasinya
Apresiasi dalam bentuk promosi, bonus, atau setidaknya ucapan terima kasih bisa memberikan energi positif yang besar bagi karyawan. Dengan adanya apresiasi, karyawan merasa mereka dihargai dan usaha mereka diakui oleh perusahaan. Sebaliknya, karyawan yang merasa tidak dihargai cenderung kehilangan semangat dan bisa lebih mudah tergoda untuk mencari tempat kerja lain yang dapat memberikan apresiasi lebih.
3. Tidak Ada Jenjang Karir yang Jelas
Banyak karyawan berharap dapat berkembang seiring berjalannya waktu. Namun, jika setelah bertahun-tahun bekerja posisi dan tanggung jawab mereka masih sama, karyawan akan merasa terjebak dalam rutinitas yang membosankan. Tidak adanya peluang untuk naik jabatan atau pindah ke posisi baru yang lebih menantang membuat karyawan merasa karier mereka stagnan.
Jenjang karir yang jelas adalah salah satu faktor yang bisa membuat karyawan bertahan lama. Ketika ada kesempatan untuk belajar dan bertumbuh, karyawan merasa berharga dan memiliki tujuan yang jelas. Di sisi lain, tanpa prospek karir yang menjanjikan, karyawan cenderung merasa bahwa bertahan lama di perusahaan tersebut adalah buang-buang waktu, dan akhirnya mereka memilih resign untuk mengejar peluang yang lebih baik.
4. Bos yang Terlalu Micromanage
Setiap orang pasti membutuhkan ruang untuk berkembang dan bekerja dengan nyaman. Namun, ketika bos terlalu mengontrol setiap langkah karyawan, memberikan instruksi pada hal-hal kecil, atau selalu ingin tahu setiap detil, hal ini bisa memicu rasa tidak nyaman. Micromanagement membuat karyawan merasa seperti tidak dipercaya atau bahkan seperti diawasi terus-menerus, hingga tidak ada lagi kebebasan untuk mengatur cara bekerja.
Bos yang terlalu micromanage membuat karyawan merasa terkekang dan kehilangan otonomi. Pada awalnya, mungkin karyawan masih bisa menerima, tetapi dalam jangka panjang, ini bisa memengaruhi motivasi dan rasa percaya diri mereka. Karyawan cenderung merasa tidak dipercaya, tidak diberikan ruang untuk berinovasi, dan tidak mampu mengembangkan potensi terbaik mereka. Akibatnya, banyak karyawan yang akhirnya memilih resign dan mencari lingkungan kerja yang lebih menghargai kebebasan kerja mereka.
5. Manajemen yang Buruk
Manajemen yang buruk bisa sangat berpengaruh pada lingkungan kerja. Pimpinan yang tidak pernah memberikan arahan yang jelas, suka berubah-ubah keputusan tanpa alasan yang kuat, atau bahkan cuci tangan dari tanggung jawab dan menyalahkan bawahan, menciptakan lingkungan kerja yang tidak stabil. Hal ini membuat karyawan bingung dan sering kali merasa bekerja di tempat yang tidak profesional.
Ketidakpastian dalam manajemen bisa membuat karyawan stres dan kehilangan motivasi. Mereka merasa bekerja di tempat yang tidak memiliki visi dan misi yang jelas. Selain itu, manajemen yang tidak mau bertanggung jawab dan lebih suka menyalahkan karyawan juga membuat lingkungan kerja menjadi tidak sehat. Dalam situasi seperti ini, karyawan biasanya memilih untuk mencari tempat kerja yang lebih baik, di mana pimpinan memiliki kemampuan manajemen yang lebih baik dan mampu memberikan arahan yang jelas.
6. Lingkungan Kerja yang Toxic
Lingkungan kerja yang toxic bisa dalam bentuk rekan kerja yang suka membully, bercanda secara berlebihan, atasan yang suka pilih kasih, atau adanya "geng-gengan" dalam perusahaan. Ketika lingkungan kerja dipenuhi dengan sikap-sikap yang negatif, banyak karyawan merasa tidak nyaman dan bahkan tertekan secara mental. Mereka merasa tidak dihargai, tidak aman, dan seperti “outsider” di tempat kerja sendiri.
Lingkungan yang tidak mendukung bisa berdampak buruk pada kesehatan mental dan kinerja karyawan. Mereka merasa bekerja di tempat yang tidak kondusif, di mana sikap profesionalitas tidak dijaga. Ketika suasana kantor sudah dipenuhi dengan favoritisme atau bullying, banyak karyawan yang merasa tidak ada gunanya bertahan. Daripada terus-menerus berada dalam tekanan, karyawan lebih memilih resign dan mencari tempat yang lebih sehat dan menghargai keberagaman.
Mengapa Semua Hal Ini Penting?
Dari semua alasan di atas, kita bisa melihat bahwa karyawan sebenarnya tidak hanya mengejar gaji atau posisi, tapi juga menghargai lingkungan kerja yang positif dan apresiasi dari pimpinan. Karyawan yang merasa dihargai dan nyaman cenderung bekerja lebih keras dan memberikan hasil yang lebih baik. Mereka juga lebih loyal, karena merasa memiliki hubungan emosional dengan perusahaan. Namun, ketika perusahaan gagal memberikan hal-hal ini, karyawan merasa tidak punya alasan kuat untuk bertahan, dan ini adalah awal dari turnover tinggi yang sering dialami banyak perusahaan.
Bagaimana Mengurangi Tingkat Turnover?
Untuk mengurangi angka turnover, perusahaan harus lebih memperhatikan hal-hal yang penting bagi karyawan. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan perusahaan untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik:
Menyesuaikan Gaji dengan Kinerja dan Pengalaman Lakukan evaluasi gaji secara berkala dan pastikan bahwa gaji karyawan sepadan dengan kinerja dan pengalaman yang mereka miliki.
Memberikan Apresiasi Secara Berkala Apresiasi bisa dalam bentuk bonus, kenaikan gaji, atau sekadar ucapan terima kasih. Hal ini bisa meningkatkan semangat karyawan secara signifikan.
Menyediakan Jenjang Karir yang Jelas Buatlah peta karir yang jelas untuk setiap posisi, sehingga karyawan memiliki tujuan yang ingin mereka capai.
Memberikan Ruang untuk Berkembang Jangan terlalu mengontrol setiap langkah karyawan; beri mereka kepercayaan untuk menyelesaikan tugas dengan cara mereka sendiri.
Meningkatkan Kemampuan Manajerial Pimpinan Pimpinan yang baik adalah mereka yang mampu memberikan arahan yang jelas dan bisa bertanggung jawab atas keputusan yang mereka ambil.
Menciptakan Lingkungan Kerja yang Sehat Atur peraturan yang tegas terkait bullying, favoritisme, dan hal-hal negatif lain di lingkungan kerja. Pastikan semua karyawan merasa aman dan nyaman.
Jadi, ketika seorang karyawan memutuskan untuk resign, bukan berarti mereka tidak suka dengan pekerjaan mereka. Ada banyak faktor di luar pekerjaan yang bisa membuat mereka merasa tidak nyaman dan tidak dihargai. Dengan memperbaiki lingkungan kerja dan memperhatikan kebutuhan karyawan, perusahaan bisa menciptakan budaya kerja yang lebih positif dan mempertahankan karyawan dalam jangka panjang.
Posting Komentar untuk "Bukan Masalah Teknis Kerjaan yang buat Karyawan Resign, tapi 6 Alasan Ini"